3ws5YD1Q5oUGxXCjT2rIiCIobtqda5Qel3SCkn6a
Bookmark

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Jamaluddin, CGP Angkatan 6 Kelas 26 Kabupaten Sampang

Modul 3.1 membahas pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Berikut adalah rangkuman koneksi antara materi dari modul 1.1 hingga modul 3.1.

1.    Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?


Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara (KHD) terdiri dari tiga aspek yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani, yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran. Filosofi ini mengandung makna yang dalam, bahwa kegiatan pembelajaran harus memperhatikan kepentingan murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus memberikan contoh dan memperhatikan permasalahan murid (ing ngarsa sung tuladha dan ing madya mangun karsa), serta memberikan dukungan untuk membantu murid mengembangkan karakternya (tut wuri handayani).


Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan kepentingan murid yang paling besar. Dalam menghadapi dilema, keputusan harus diarahkan kepada kepentingan murid yang sebesar-besarnya. Pemimpin pembelajaran harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang universal karena sekolah adalah institusi moral yang fokus pada membangun karakter dan moralitas murid, sebagaimana pandangan KHD.


Menurut KHD, seorang pemimpin pembelajaran bertugas untuk membimbing murid menuju kesempurnaan budi pekerti dengan etika dan moral yang baik. Dalam memutuskan sesuatu, seorang pemimpin pembelajaran harus berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal.


2.      Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?


Sebelum mengambil keputusan, setiap orang akan mempertimbangkan pikiran dan nilai-nilai yang mereka anut. Sistem nilai otomatis terintegrasi dalam diri setiap orang dan menjadi dasar dari setiap keputusan yang diambil. Nilai empati, misalnya, sering muncul dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dan dianggap sebagai paradigma penting dalam pengambilan keputusan. Terkadang, terdapat dilema etika yang harus dihadapi dalam pengambilan keputusan, yaitu ketika harus memilih antara dua nilai yang saling bertentangan. Dilema etika secara teoritis terdiri dari empat paradigma: individu vs. kelompok, rasa keadilan vs. rasa kasihan, kebenaran vs. kesetiaan, dan jangka pendek vs. jangka panjang.


3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul sebelumnya?


Mendapatkan bimbingan tentang keterampilan 'coaching' dari pendamping atau fasilitator telah sangat membantu saya dalam memutuskan kegiatan pembelajaran. Praktik coaching, baik terhadap guru maupun siswa, membantu kita untuk mendalami masalah secara detil, fokus pada masalah yang ada, dan mencari solusi-solusi realistis yang dapat diterapkan. Konsep coaching TIRTA memberikan solusi yang dapat dieksekusi.


Setelah solusi atau keputusan didapat, kita dapat menganalisis kesesuaian dengan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang kita pelajari saat ini. Proses dimulai dari menemukan masalah, menganalisis, menemukan solusi lewat teknik coaching TIRTA, hingga pengambilan keputusan dan analisis melalui konsep 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.


Efektivitas keputusan dapat diuji melalui refleksi, dengan memperhatikan dampak dan konsekuensi yang dihasilkan. Jika masih terdapat pertanyaan, maka konsep coaching TIRTA dapat diterapkan kembali untuk mendapatkan solusi yang lebih bertanggung jawab dan komprehensif.


4.   Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?


Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang guru sangat dipengaruhi oleh kemampuan mengelola dan menyadari aspek emosionalnya. Meskipun kemampuan tersebut tidak dimiliki dengan tingkat yang sama oleh setiap guru, namun sebagai calon pemimpin pembelajaran, kita harus meningkatkan kemampuan pengelolaan diri dan aspek emosional dalam diri kita. Selain itu, langkah-langkah pengambilan keputusan harus diterapkan dengan tepat, sehingga keputusan yang diambil dapat selalu diuji dan direfleksikan untuk meningkatkan keterampilan kita dalam teknik pengambilan keputusan.


5.  Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.


Sebagai seorang pemimpin, ketika menghadapi sebuah studi kasus yang berhubungan dengan moral dan dilema etika, keputusan terbaik harus diambil. Keputusan terbaik tidak selalu berarti keputusan tanpa konsekuensi, tetapi lebih pada keputusan yang mengutamakan kepentingan siswa, bertanggung jawab, dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Karena dilema etika tidak hanya berkaitan dengan benar atau salah, melainkan benar dan benar, keputusan yang diambil tidak bisa disalahkan. Namun, keputusan harus dipertanggungjawabkan oleh pembuat keputusan ke depannya, terutama dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang dipegang.


Keputusan yang diambil oleh seseorang tergantung pada nilai-nilai yang dianutinya. Jika seseorang memiliki nilai-nilai positif yang kuat, maka keputusan yang diambil akan menjadi yang terbaik. Sebaliknya, jika nilai-nilai yang dipegang adalah negatif, maka keputusan yang diambil akan cenderung buruk. Selain itu, keyakinan yang kuat dalam diri pembuat keputusan juga sangat penting. Jika keputusan sudah diambil dengan keyakinan yang kuat dan sang pembuat keputusan dapat mempertanggungjawabkannya, maka praktik ini sudah tepat dilakukan.


6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?


Menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman merupakan hasil dari pengambilan keputusan yang tepat. Keputusan tersebut dianggap tepat karena telah direfleksikan dan ditindaklanjuti dengan tanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambil. Selain itu, keputusan tersebut didasarkan pada alasan yang kuat dan diputuskan melalui musyawarah sehingga semua pihak bertanggung jawab untuk menjalankannya. Tidak ada lagi penolakan atau sikap apatis terhadap keputusan tersebut, melainkan semua pihak terlibat berkomitmen untuk memastikan keputusan tersebut sukses.


7.  Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?


Tantangan yang dihadapi dalam menjalankan keputusan yang diambil adalah bagaimana meyakinkan orang lain bahwa keputusan tersebut merupakan pilihan yang tepat, meski awalnya mungkin ada yang sulit menerima. Paradigma tiap individu yang berbeda-beda harus diubah secara bertahap agar dapat mencapai kesepakatan bersama yang mengutamakan kepentingan murid. Di sekolah, terkadang masih terdapat perilaku yang lebih memikirkan kepentingan diri sendiri dan zona nyaman, bukan kepentingan murid. Oleh karena itu, kita harus berpikir dan berubah agar lebih baik dalam memberikan pelayanan terbaik bagi murid kita. Kita semua sebenarnya harus "menghamba" kepada murid, seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara.


8.  Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?


Tentunya, keputusan yang kita ambil akan berdampak pada kebebasan belajar bagi murid. Seperti yang dijelaskan dalam teori pengambilan keputusan, kepentingan murid harus menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan. Jika ada beberapa pilihan yang sama-sama valid, maka yang dipilih adalah pilihan yang paling menguntungkan bagi murid. Dalam pengajaran, murid diberi kebebasan untuk tumbuh dan berkembang sehingga dapat mencapai potensi mereka sebagai manusia yang sempurna. Oleh karena itu, praktik pengambilan keputusan terkait pembelajaran di kelas harus dapat memperkuat kebebasan belajar bagi murid.


9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?


Ketika seorang pemimpin pembelajaran mengambil keputusan, hal tersebut akan berdampak pada kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Seorang pemimpin pembelajaran memiliki tanggung jawab memimpin sebuah lembaga yang mengembangkan murid-muridnya agar menjadi lebih baik di masa depan. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin pembelajaran harus mengambil keputusan yang mendukung visi dan misi sekolah. Salah satu visi dan misi sekolah yang terpenting adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu, keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran merupakan implementasi dari upaya untuk mewujudkan visi dan misi sekolah. Konsekuensinya, keputusan tersebut berdampak pada murid-murid, karena visi dan misi sekolah bertujuan untuk membentuk output ideal sesuai dengan harapan.


10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?


Kesimpulan yang dapat diambil dari modul 3.1 adalah bahwa sebagai CGP, kita diharapkan dapat menjadi agen perubahan di lembaga pendidikan atau sekolah untuk menciptakan perbaikan yang lebih baik di masa depan. Hal ini dapat dicapai melalui pengambilan keputusan yang berpihak kepada murid dan didukung oleh nilai-nilai kebajikan universal.


Praktik yang dilakukan dalam modul 3.1 bertujuan untuk mewujudkan praktik pembelajaran yang lebih baik di sekolah, yang benar-benar berorientasi pada kepentingan murid sebagaimana yang telah dipelajari di modul 1, dengan praktik yang baik dan budaya positif di sekolah. Pengambilan keputusan diarahkan untuk meningkatkan praktik pembelajaran yang memerdekakan murid melalui pendekatan pembelajaran yang berdiferensiasi dan memperhatikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE), serta teknik mindfulnes yang dipelajari di modul 2.


Oleh karena itu, terdapat keterkaitan yang erat antara materi yang terdapat di modul 1, modul 2, dan modul 3 yang semuanya berguna sebagai bekal bagi CGP sebagai calon pemimpin pembelajaran di masa depan.


Demikianlah penjelasan mengenai Koneksi Antar Materi di Modul 3.1. Semoga bermanfaat bagi semua. Terima kasih.


Posting Komentar

Posting Komentar

Apa pendapatmu tentang tulisan ini?